• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR GENETIK PUISI MODERN JEPANG JINRUI NO IZUMI (人類の泉) KARYA TAKAMURA KŌTARŌ | penyka | Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa, dan Sastra 7 48 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR GENETIK PUISI MODERN JEPANG JINRUI NO IZUMI (人類の泉) KARYA TAKAMURA KŌTARŌ | penyka | Ayumi : Jurnal Budaya, Bahasa, dan Sastra 7 48 1 PB"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 STRUKTUR GENETIK PUISI MODERN JEPANG

JINRUI NO IZUMI (人類 泉)KARYA TAKAMURA KŌTARŌ

Pennyka May Jayanti

Dra. Cicilia Tantri Suryawati, M.Pd

FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA JEPANG

UNIVERSITAS DR.SOETOMO, SURABAYA

ABSTRAK

Puisi lahir bukan dari kekosongan. Ia ada karena pengarang yang terkait erat dengan

lingkungan dan karyanya yang disebut struktur genetik. Penelitian puisi Jinrui no Izumi (人 類 泉) karya Takamura Kōtarō ini menggunakan teori teori strukturalisme genetik menurut Kinayati Djojosuroto. Sumber data diperoleh dari kumpulan puisi Takamura Kōtarō dalam

buku yang berjudul 高村光太郎詩集 (Takamura Kōtarō Shishuu) karya 伊藤信吉(Itou Shinkira) (1950). Analisis penelitian strukturalisme genetik puisi dilakukan dengan mengkalsifikasikan data berdasarkan struktur fisik, batin, kemudian dikaitkan dengan

genetiknya. Dari gabungan struktur tersebut, dapat disimpulkan struktur genetik dalam puisi

tersebut.

Kata Kunci: Struktur Genetik, Puisi Modern, Jinrui no Izumi, Takamura Kōtarō.

A. PENDAHULUAN DAN TINJAUAN TEORI

Sastra merupakan salah satu cabang

seni yang karyanya sangat berhubungan

erat dengan pengarang. Sastra sering

menggambarkan latar kehidupan,

pengalaman, kebiasaan, dan ekspresi

pengarangnya. Para pengarang atau

pencipta karya-karya sastra dapat

berimajinasi bebas untuk menciptakan

(2)

2 sastra sebagai salah satu cabang seni

sebenarnya sama dengan seni-seni yang

lain, namun dalam segi keindahannya

sastra sedikit berbeda dengan seni lainnya.

Dalam karya sastra, keindahannya

disampaikan melalui bahasa yang

digunakan. Bahasa yang digunakan dalam

karya sastra biasanya lebih sulit dipahami

oleh para penikmat (pembaca) sastra.

Namun disinilah letak keindahan sastra,

hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi

para sastrawan untuk lebih memperdalam

ilmu tentang sastra. Puisi sebagai karya

seni yang dipenuhi dengan kepuitisan.

Untuk mengetahui kepuitisan puisi lebih

lanjut, perlulah lebih dulu mengetahui

unsur-unsur pembentuk puisi supaya dapat

mengetahuinya secara mendalam. Dalam

hal ini, I. A. Richards (dalam

Djojosuroto,2005:15) menyebut kedua

struktur itu adalah metode puisi dan

hakikat puisi. Kedua struktur tersebut

adalah struktur fisik dan struktur batin.

. Struktur pembentuk puisi menurut

Djojosuroto (2005:15), terbagi menjadi

dua, yaitu struktur fisik dan struktur batin

puisi. Struktur fisik puisi dibangun oleh

diksi, bahasa kias (figurative language), pencitraan (imagery), dan persajakan (versifikasi). Sedangkan struktur batin puisi dibangun oleh gagasan pokok

(Subject matter), tema, nada (tone),

suasana (atmosphere), amanat (message). Berikut penjelasan tentang struktur fisik

dan struktur batin puisi:

1. Struktur Fisik Puisi a. Diksi

Dalam menciptakan sebuah karya,

khususnya puisi, penyair mempunyai

kata-kata pilihan yang tepat dan sesuai agar

maksud yang ingin disampaikan bisa

dipahami oleh pembaca. Untuk menunjang

kepuitisan dalam sebuah puisi, maka dalam

penggunaan kata-kata juga harus selektif.

Pilihan kata dalam puisi disebut diksi (Pradopo, 2007:54).

b. Bahasa Kias (figurative language) Bahasa kias dalam buku Pradopo yang

berjudul Pengkajian Puisi disebut bahasa kiasan. Bahasa kiasan merupakan salah satu

unsur kepuistisan dalam puisi. Adanya

bahasa kiasan ini menyebabkan sajak

menjadi menarik perhatian, menimbulkan

kesegaran, hidup, dan terutama

menimbulkan kejelasan gambaran angan

(Pradopo,2010:62). Pradopo juga membagi

bahasa kiasan menjadi beberapa jenis,

diantaranya adalah; Perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simile), personifikasi, metonimi, sinekdok

(synecdoche), dan allegori. 1) Perbandingan (simile)

Perbandingan atau perumpamaan atau

simile, ialah bahasa kiasan yang

(3)

3 dengan mempergunakan kata-kata

pembanding seperti: bagai, sebagai, bak,

seperti, semisal, seumpama, laksana,

sepantun, se, dan kata-kata pembanding

lainnya (Pradopo,2010:62).

2) Metafora

Metafora bahasa kiasan seperti

perbandingan, hanya tidak mempergunakan

kata-kata pembanding, seperti, bagai,

laksana, dan sebagainya. Metafora ini

menyatakan sesuatau sebagai hal yang sama

atau seharga dengan hal lain, yang

sesungguhnya tidak sama,

Altenbernd(dalam Pradopo, 2010:66).

3) Perumpamaan Epos

Perumpamaan epos atau perbandingan

epos (epic simile) ialah perbandingan yang dilanjutkan, atau diperpanjang, yaitu

dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat

pembandingnya lebih lanjut dalam

kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut

(Pradopo, 2010:69).

4) Personifikasi

Kiasan ini mempersamakan benda

dengan manusia, benda-benda mati dibuat

dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya

seperti manusia (Pradopo,2010:75). Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa

personifikasi adalah bahasa kias yang

melukiskan benda-benda mati seolah-olah

seperti manusia.

5) Metonimia

Metonimi ini dalam bahasa Indonesia

sering disebut kiasan pengganti nama.

Bahasa ini berupa penggunaan sebuah

atribut sebuah objek atau penggunaan

sesuatu yang sangat dekat berhubungan

dengannya untuk menggantikan objek

tersebut,Altenbernd(dalam

Pradopo,2010:77).

6) Sinekdok (synecdoche)

Sinekdok adalah bahasa kiasan yang

menyebutkan suatu bagian yang penting

suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu

sendiri. Sinekdok ada dua macam, yaitu

part pro toto:sebagian untuk keseluruhan, dan totem pro parte: keseluruhan untuk sebagian, Altenbernd (dalam

Pradopo,2010:78).

7) Allegori

Allegori ialah cerita kiasan ataupun

lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan

kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian

lain (Pradopo, 2010:71). Apabila sebuah

cerita merupakan kiasan tentang suatu

keadaan yang dalam realitas pernah terjadi,

maka kiasan atau cerita itu disebut allegori (Atmazaki, 1993:58).

c. Pencitraan (imagery)

Untuk memberi gambaran yang jelas,

untuk menimbulkan suasana yang khusus,

untuk membuat lebih hidup gambaran

dalam pikiran dan penginderaan, serta

untuk menarik perhatian dalam puisi,

(4)

4 angan (pikiran). Gambaran-gambaran ini

disebut citraan (imagery), (Pradopo,2010:79).

d. Persajakan (versifikasi)

Peranan bunyi mendapat perhatian

penting dalam menentukan makna yang

dihasilkan puisi, jika puisi dibaca.

Pembahasan bunyi dalam puisi menyangkut

masalah rima, ritme, dan metrum. Rima

(persajakan) berarti persamaan atau

pengulangan bunyi, sedangkan ritme

(irama) berarti bunyi yang berulang secara

teratur yang membentuk gelombang antar

baris puisi. Metrum adalah variasi tekanan

kata atau suku kata, Boulton (dalam

Djojosuroto, 2005:22).

2. Struktur Batin Puisi a. Tema

Tema adalah gagasan pokok yang

dikemukakan penyair melalui puisinya.

Tema puisi biasanya mengungkapkan

persoalan manusia yang bersifat hakiki,

seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan dan kebenaran, ketuhanan, kritik sosial, dan protes.(Djojosuroto,2005:24).

b. Perasaan

Dalam puisi terdapat ungkapan

perasaan penyair. Puisi dapat

mengungkapkan perasaan gembira, sedih,

terharu, takut, gelisah, rindu, penasaran

benci, cinta, dendam, dan sebagainya. Rasa atau feeling merupakan sikap sang penyair

terhadap pokok permasalahan yang

terkandung dalam puisinya.

c. Nada

Nada sering dikaitkan dengan suasana.

Nada juga berhubungan dengan tema dan

pembaca. Nada yang berhubungan dengan

tema menunjukkan sikap penyair terhadap

objek yang digarapnya. Nada yang

berhubungan dengan pembaca (dalam hal

ini peneliti selaku pembaca) adalah nada

yang ditangkap oleh pembaca ketika

membaca puisi, Djojosuroto,2005: 25-26).

d. Amanat

Puisi mengandung amanat atau pesan

atau himbauan yang disampaikan penyair

kepada pembaca. Setiap pembaca dapat

menafsirkan amanat secara individual.

Pembaca yang satu mungkin menafsirkan

berbeda dengan dengan pembaca yang lain.

Tafsiran pembaca mengenai amanat sebuah

puisi tergantung dari sikap pembaca

terhadap tema yang dikemukakan

pengarang (Djojosuroto, 2005:27).

Berdasarkan struktur fisik dan struktur

batin tersebut, penelitian ini difokuskan

pada struktur genetik yang terdapat dalam

puisi Jinrui no Izumi (人 類 泉) karya

Takamura Kōtarō. Strukturalisme genetik mendasarkan pendekatannya dengan dua

prinsip pokok, yaitu struktur dan genetik.

Pengertian struktur dalam strukturalisme

(5)

5 strukturalisme dikoreksi dengan

memasukkan faktor genetik di dalam

pemahaman sastra. Genetik karya sastra

artinya asal-usul karya sastra itu, dalam hal

ini asal-usul karya sastra adalah pengarang

dan latar belakang sejarah yang

melatarbelakangi penciptaan satra itu,

Teeuw (dalam Djojosuroto,2005:36-37).

Pencetus pendekatan strukturalisme

genetik adalah Lucien Goldman seorang

ahli sastra Perancis. Goldman menyatakan

pentingnya faktor genetik sebagai pemberi

makan totalitas karya sastra.

Salah satu karya sastra berupa puisi

yang memiliki struktur yang komplek dan

memiliki keterkaitan dengan struktur

genetiknya (pengarang) adalah puisi yang

berjudul Jinrui no Izumi (人類 泉) yang berarti Mata Air Kehidupan karya

Takamura Kōtarō. Puisi ini adalah salah satu puisi yang dituliskan untuk istrinya

yang bernama Chieko Takamura. Puisi ini

menggambarkan cinta Takamura kepada

Chieko. Berdasarkan keterkaitan antar

puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) dengan struktur genetiknya (pengarang) yang tidak

lain adalah Takamura Kōtarō dan latar

belakang penciptaan puisnya, peneliti

tertarik untuk meneliti struktur genetik

yang terdapat dalam puisi tersebut.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dikategorikan sebagai

penelitian kualitatif. Metode kualitatif

digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam, suatu data yang mengandung

makna. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode analisis dan

metode deskritif. Metode analisis digunakan

untuk mengupas data secara lengkap,

sedangkan metode deskriptif digunakan

untuk mendeskripsikan dan menjelaskan

hasil analisis sesuai dengan permasalahan

yang telah ditentukan. Metode penelitian

tersebut diterapkan pada teks puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō. Data diperoleh dari kumpulan puisi

Takamura Kōtarō dalam buku yang

berjudul 高 村 光 太 郎 詩 集 (Takamura

Kōtarō Shishuu) karya 伊 藤 信 吉 (Itou

Shinkira) yang diterbitkan oleh Shinchousa pada tahun 1950.

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik kepustakaan atau

studi pustaka untuk mengumpulkan data

dengan menggunakan langkah-langkah

berikut ini: Membaca puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō secara berulang-ulang, memahami makna puisi

tersebut beserta unsur-unsur pembangunnya,

mengklasifikasikan data yang termasuk

struktur fisik puisi dan struktur batin puisi,

memahami biografi pengarang dan latar

(6)

6 merupakan struktur genetiknya. Selanjutnya

data akan dianalisis melalui

langkah-langkah berikut: menerjemahkan puisi ke

dalam bahasa Indonesia, memahami

maknanya dalam setiap bait,

mengklasifikasikan data, kemudian data

tersebut dianalisis sesuai dengan teori yang

telah dijabarkan, selah menemukan data

yang tergolong struktur fisik puisi dan

struktur batin puisi, kemudian digabungkan

dengan struktur genetik puisi.

C. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

1. Analisis Struktur Fisik Puisi a. Diksi

Pilihan kata dalam puisi disebut diksi. Untuk menunjang kepuitisan dalam puisi

digunakan diksi-diksi yang indah yang

disebut dengan diksi puitis. Diksi puitis

digunakan agar maksud penyair yang ingin

disampaikan melalui puisi dapat

tersampaikan baik, maka pemilihan kata

dalam puisi harus tepat. Seperti halnya puisi

Jinrui no Izumi ( 人 類 泉 ) karya

Takamura Kōtarō, dalam puisi ini terdapat

beberapa diksi puitis yang digunakan

Takamura Kōtarō diantaranya adalah:

今日 こ 魂い 加速度 (Bait ke dua, baris pertama)

Pada penggalan puisi yang terdapat

pada bait ke dua, baris pertama di atas,

terdapat kata tamashii no kasokudo,yang

artinya adalah ‘jiwa yang berlari kencang’.

Pada baris puisi ini, kasokudo sendiri berarti percepatan atau bisa dikatakan

pergerakan yang cepat. Dalam hal ini, jika

dikaitkan antar baris puisinya, penyair

ingin menunjukkan bahwa perasaannya

semakin bergejolak ketika mengingat sang

istri. Dengan kata lain, kata tamashii no

kasokudo dapat mewakili perasaan

gembira atau perasaan bahagia sang

penyair yang ditunjukkan dengan

bergejolaknya jiwa sang penyair.

極度 静 寂い (Bait ke

dua, baris ke tiga)

Pada penggalan puisi yang terdapat

pada bait ke dua, baris ke tiga di atas,

terdapat kata kyokudo no seijaku yang berarti kesunyian yang amat sangat. Kata

kyokudo yang dalam bahasa Inggris berarti extrem ini digunakan oleh penyair untuk mempertegas suasana sunyi yang dirasakan

oleh penyair. Kyokudo no seijaku atau kesunyian yang amat sangat, maksudnya

adalah suasana yang benar-benar sunyi

sepi. Dengan menggunakan kata kyokudo, pembaca dapat memahami situasi saat itu.

Sehingga suasana dalam puisi ini pun

dapat hidup.

(7)

7 Selain diksi atau pilihan kata, dalam

puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya

Takamura Kōtarō juga terdapat beberapa

bahasa kias yang digunakan untuk

memperkuat kepuitisan puisinya dan untuk

mempertegas maksud dalam puisinya.

Berikut analisis bahasa kias yang terdapat

dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō:

1. Metafora

Dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉)

karya Takamura Kōtarō peneliti

menemukan adanya bahasa kias metafora,

berikut analisisnya ;

あ 海水い い 流 動う う 力 い

(Bait Ke tiga, baris ke empat)

Penggalan puisi yang terdapat pada

bait ke tiga, baris ke empat di atas, penyair

menyamakan kekuatan cinta Chieko sama

dengan kekuatan aliran air laut. Seperti

yang kita tahu bahwa air laut memiliki

kekuatan dahsyat yang tidak akan ada

habisnya jika menyebutkan macam-macam

kekuatannya. Seperti halnya dengan

kekuatan air laut, kekuatan cinta Chieko

yang dilukiskan dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) juga memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan penyair.

2. Perumpamaan Epos

Dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉)

karya Takamura Kōtarō, peneliti juga

menemukan adanya penggunaan bahasa

kias perumpamaan epos. Berikut

analisisnya:

世界い わ わ い 緑

青 あ

い雨あ 降 来

こ 雨あ 音

起 生物い い あ

い 私 堪

私 わ

い 立 魂い

私 乗 越こえ私 逃

私 作

い 死 い 生う

(bait pertama)

Pada penggalan bait pertama puisi di

atas, pembandingnya adalah kehadiran

Chieko. Dalam bait tersebut, penyair

meneruskan sifat pembandingnya dengan

menceritakan dalam setiap barisnya.

Kehadiran Chieko dikatakan mampu

membuat dunia menjadi hijau dan segar,

hingga hujan pun dapat turun kembali,

maksudnya adalah kehadiran Chieko

membawa semangat dan menyegarkan atau

memperbarui kehidupan penyair.

Kehadiran Chieko juga membangkitkan

jiwa sang penyair dan membuatnya tidak

(8)

8 3. Personifikasi

Dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉 ) karya Takamura Kōtarō, peneliti menemukan adanya penggunaan bahasa

kiasan personifikasi seperti yang tertera

dalam kutipan bait berikut:

(1) Bait ke satu, baris ke enam:

………

私 い 立 魂い

私 乗 越こえ私 逃

Pada penggalan puisi yang terdapat

pada bait pertama, baris ke enam di atas,

penyair menggambarkan jiwanya yang

seakan-akan bangkit. Kata bangkit yang

seharusnya digunakan untuk raga manusia

atau semangat manusia tetapi oleh penyair

digunakan untuk jiwa. Seakan-akan

penyair ingin menunjukkan bahwa jiwanya

bisa bangikit dan dapat melakukan sesuatu.

4. Allegori

Dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉)

karya Takamura Kōtarō, peneliti

menemukan adanya bait puisi yang

tergolong bahasa kias allegori, berikut

analisisnya:

抱 様さ あ 思う い

あ ほ う 私 半銭

あ 一番い わ私 信 握

あ こ わ私 肉身 痛烈う 奥底こ 分わ

私 あ あ

あ あ

Dalam penggalan puisi yang terdapat

pada bait ke dua, baris 6-10 di atas, penyair

tidak menyebutkan nama Chieko yang

selaku pembandingnya, melainkan

menggantikan dengan anata, dan diperjelas dalam setiap baris sehingga

pembaca dapat menyimpulkan bahwa

anata yang dimaksudkan adalah Chieko. Pada penggalan bait di atas, di katakan

bahwa sosok anata adalah belahan jiwa penyair, sosok anata juga merupakan satu-satunya yang menggenggam kepercayaan

penyair, dan mampu memahami

penderitaan yang dialami oleh penyair.

Tanpa menyebutkan pembandingnya pun,

pembaca dapat menyimpulkan bahwa

anata yang dimaksudkanadalah Chieko. c. Pencitraan

Untuk memperjelas gambaran dan

memberi kesan hidup dan pada sebuah puisi,

penyair menggunakan gambaran-gambaran

yang disebut dengan pencitraan. Seperti

yang telah di ulas pada bab landasan teori,

gambaran-gambaran angan itu

bermacam-macam, diantaranya adalah, imaji visual

(9)

9 (tachticle image, image of touch), Pirine

(dalam Djojosuroto, 2005:21). Pada

penelitian ini, peneliti menemukan

banyaknya penggunaan pencitraan dalam

puisi Jinrui no Izumi (人 類 泉) karya

Takamura Kōtarō, diantaranya adalah; 1. Imaji Visual (Visual Imagery)

Imaji visual adalah

gambaran-gambaran penyair yang seakan-akan dapat

dilihat oleh pembaca. Seperti yang terdapat

dalam penggalan bait puisi Jinrui no Izumi ( 人 類 泉) karya Takamura Kōtarō berikut ini:

(1) Bait pertama, baris ke empat:

……….

起こ 生物い い あ

Pada penggalan puisi yang terdapat

pada bait pertama, baris ke empat diatas,

imaji visual ditunjukkan dengan adanya

pengggambaran okoru seibutsu no inochi atau jiwa makhluk hidup yang bangkit.

Dengan penggambaran tersebut pembaca

seakan-akan dapat melihat bangkitnya jiwa

seseorang yang tidak lain adalah jiwa

penyair.

(2) Bait ke dua, baris ke lima:

………....

極度 静 寂い

わ い

自然 涙 流

Pada penggalan puisi yang terdapat

pada bait ke dua, baris ke lima diatas, imaji

visual ditunjukkan dengan adanya

pengggambaran Shizen to namida ga nagare yang artinya Air mata mengalir dengan sendirinya. Dengan penggambaran

tersebut pembaca seakan-akan dapat

melihat air mata yang mengalir, sehingga

pembaca juga dapat menangkap perasaan

penyair.

2. Imaji Auditif (Auditory Imageri)

Imaji auditif adalah imaji suara atau

bunyi yang didengar oleh pembaca ketika

membaca puisi, seperti pada penggalan

puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya

Takamura Kōtarō berikut ini:

Bait pertama, baris ke tiga:

世界い わ わ い 緑

青 あ

い雨あ 降 来

こ 雨あ 音

起こ 生物い い あ

Pada penggalan puisi yang terdapat

pada bait pertama, baris ke tiga di atas,

terdapat imaji auditif yang digunakan oleh

penyair. Penggunaan imaji ini ditunjukkan

dengan kata kono ame no oto yang berarti

‘suara hujan ini’. Pada baris puisi tersebut, pembaca seakan-akan dibuat

(10)

10 hujan yang menjadi harapan semua

makhluk hidup untuk mulai bangkit.

3. Imaji Gerak (Image of Movement atau Kinesthetic Image)

Imaji gerak merupakan imaji gerakan

yang dirasakan oleh pembaca ketika

membaca puisi. Seperti yan g terlihat pada

penggalan puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō berikut ini;

(1) Bait pertama, baris ke tujuh:

………..………..

い 私 堪

私 わ

い 立 魂い

私 乗 越こえ私 逃

私 作

Pada penggalan puisi yang terdapat

pada bait pertama, baris ke tujuh di atas,

penggambaran imaji gerak ditunjukkan

dengan kata Soshite watashi no ikiri tatsu tamashiiwa, watashi wo norikoe watashi wo nogarete yang artinya kemudian jiwaku mulai bangkit, melewati diriku dan

melepas diriku . Kata tersebut menunjuk

pada perubahan hidup yang dialami

penyair ketika bertemu dengan Chieko.

Kata ‘jiwaku mulai bangkit’, dan kata ‘melewati diriku dan melepas diriku’

merupakan imaji gerak yang ditangkap

oleh peneliti ketika membaca bagian bait

tersebut.

4. Imaji Indera (Tachticle Image, Image of Touch)

Imaji ini merupakan imaji

penggambaran perasaan penyair yang

ditangkap oleh pembaca dengan indra

sentuh. Dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō peneliti menemukan adanya penggunaan imaji

indera, yang terdapat dalam bait berikut

ini;

Bait ke lima, baris ke tujuh:

………

深い ほい人類い い泉 肌

あ わ私 為 生う

私 あ あ

あ あ

あ あ

Dalam penggalan puisi hyang terdapat

pada bait ke empat, baris ke tiga di atas,

penggunaan imaji indra sentuhan

ditujukkan dengan adanya ungkapan Fukai tooi jinrui no izumi ni hada wo hitashu nodesu yang artinya membasahi kulitku dalam mata air yang dalam dan jauh.

Dengan ungkapan membasahi kulit,

pembaca seakan-akan dapat merasakan

sentuhan saat membasahi kulit.

(11)

11 Jika dikaitkan dengan teori, dalam puisi

Jinrui no Izumi ( 人 類 泉 ) karya

Takamura Kōtarō ini peneliti tidak menemukan penggunaan persajakkan yang

teratur dalam setiap barisnya. Sehingga

puisi yang dihasilkan terkesan lebih bebas.

Penyair lebih sering menggunakan akhiran

desu di beberapa baris dalam puisinya. Akhiran ini hampir ada di setiap bait puisi

ini, seakan-akan penyair ingin mengakhiri

dan memenggal baitnya. Oleh sebab itu,

peneliti menyimpulkan bahwa dalam puisi

Jinrui no Izumi ( 人 類 泉 ) karya

Takamura Kōtarō tidak ada penggunaan persajakan yang teratur agar puisi terkesan

lebih bebas.

2. Analisi Struktur Batin Puisi

a. Tema

Tema dalam sebuah puisi dapat

diklasifikasikan dalam dua pokok yaitu

tema dan sub tema atau pokok pikiran

Kesimpulan dari keseluruhan puisi disebut

‘tema’, sedangkan kesimpulan dari setiap

bait puisi disebut ‘sub tema’ atau ‘pokok pikiran’. Dari sub-sub tema yang telah ditemukan, dapat ditarik kesimpulan dari

tema keseluruhan. Dari beberapa sub tema

yang telah dianalisis, tema-tema yang

diusung adalah tema tentang perubahan

hidup, cinta sejati, kekuatan cinta,

ketidakberdayaan tanpa cinta, dan

kehadiran cinta. Jika dikaitkan, isi dari

keseluruhan puisi tersebut adalah tentang

kekuatan cinta Chieko sebagai belahan

jiwa penyair mampu merubah hidup sang

penyair. Maka dari itu peneliti

menyimpulkan tema keseluruhan yang

terdapat dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉 ) karya Takamura Kōtarō, yaitu

tentang ‘kekuatan cinta (Chieko)’, kekuatan cinta sebagai mata air kehidupan

bagi Takamura Kōtarō.

b. Perasaan

Dalam puisi terdapat ungkapan perasaan

penyair. Puisi dapat mengungkapkan

perasaan gembira, sedih, terharu, takut,

gelisah, rindu, penasaran benci, cinta,

dendam, dan sebagainya. Rasa atau feeling merupakan sikap sang penyair terhadap

pokok permasalahan yang terkandung

dalam puisinya. Seperti yang terkandung

dalam puisi Jinrui no Izumi (人 類 泉)

karya Takamura Kōtarō, perasaan penyair sangat jelas terlihat dari setiap baris

puisinya. Ia mengungkapkan perasaan

bahagianya dengan adanya cinta sang istri

di dalam hidupnya. Hal ini ditunjukkan di

akhir bait puisinya, ia menyatakan bahwa

Chieko merupakan belahan jiwa nya yang

terlahir untuknya, maka peneliti

menyimpulkan bahwa perasaan yang

(12)

12 bait penyair lebih sering menujukkan

perasaan cintanya kepada Chieko sang istri

tercintanya.

c. Nada

Dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉 ) karya Takamura Kōtarō, peneliti menemukan adanya penggunaan nada yang

berhubungan dengan tema dan nada yang

berhubungan dengan pembaca, diantaranya

adalah sebagai berikut:

1) Nada yang Berhubungan dengan Tema

a). Nada Semangat

Peneliti menemukan adanya

penggunaan nada semangat pada bait

pertama dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō. Pada bait ini, penyair mengungkapkan bahwa dunia

menjadi hijau dan segar, dan hujan pun

turun kembali. Suara hujan ini menjadi

wujud manusia yang mulai bangkit, dan

selalu mengancam ketidaksabarannya.

Kemudian jiwa nya mulai bangkit dan terus

memperbaruhi dirinya lagi dan lagi hingga

ia mengatakan ‘sekarang mati, sekarang aku terlahir kembali’.

b). Nada Terharu

Peneliti menemukan adanya

penggunaan nada terharu pada bait ke dua

dalam puisi Jinrui no Izumi (人 類 泉)

karya Takamura Kōtarō. Pada bait ini penyair menceritakan bahwa hari ini pun

jiwanya seakan berlari kencang hingga ia

merasakan penuh di dalam dada, kemudian

dalam keheningan yang sangat amat ia

duduk terdiam, lalu air mata pun mengalir

dengan sendirinya. Ia memikirkan Chieko

seakan-akan memeluknya. Adanya Chieko

dalam hidupnya adalah sebagai belahan

jiwanya dan hanya Chieko lah yang paling

memahami penderitaannya dari dasar yang

paling dalam.

c). Nada Bahagia

Selain nada terharu dan nada terpesona,

adapun nada bahagia yang peneliti temukan

pada bait terakhir dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō. Pada bait tersebut, penyair mengungkapkan

bahwa ia tidak lagi merasa sedih dengan

kesendirian yang ia rasakan, tetapi jika

tidak ada Chieko dalam hidupnya,

membayangkannyapun ia tidak bisa.

Menurutnya itu adalah suatu kebodohan

jika ia lakukan. Ia juga mengatakan bahwa

di dalam diri Chieko terdapat dunia cinta

yang besar yang membuatnya mampu

bersentuhan dengan nafas kehidupan,

mampu berkegiatan dalam kemanusiaan,

dan mampu melepaskan diri dari segalanya

hanya untuk Chieko. Baginya, Chieko

(13)

13 2 ) Nada yang Berhubungan dengan

Pembaca

a). Nada Filosofis

Dalam nada yang berhubungan dengan

pembaca, peneliti menemukan adanya

penggunaan nada filosofi pada bait ke tiga

dalam puisi Jinrui no Izumi (人 類 泉) karya Takamura Kōtarō ini. Pada bait

tersebut, penyair mengungkapkan bahwa ia

adalah pelopor jalannya sendiri, dan

kebenarannya bagi Chieko adalah

kebenaran rumput dan pohon yang secara

harfiahnya memiliki banyak filosofi.

Penyair juga menyatakan bahwa Chieko

memiliki kekuatan aliran air laut dan selalu

membawa kebahagiaan dalam hidupnya.

b). Nada Sindiran

Selain nada filosofis, peneliti juga

menemukan adanya penggunaan nada

sindiran pada bait ke empat dalam puisi

Jinrui no Izumi ( 人 類 泉 ) karya

Takamura Kōtarō. Pada bait ini penyair

mengungkapkan bahwa ia tidak lagi merasa

sedih dengan kesendiriannya, tetapi jika

tidak ada sang istri membayangkannya pun

ia tak bisa, dan membayangkannya pun

adalah hal bodoh atau ketololan jika ia

lakukan. Menurut peneliti, kata kebodohan

atau ketololan itu adalah nada sindiran yang

ditujukan penyair kepada dirinya sendiri,

bahwa membayangkan saat istrinya tidak

ada adalah suatu tindakan ketololannya.

c). Nada Serius

Nada serius merupakan nada yang

berhubungan dengan pembaca yang

ditemukan oleh peneliti dalam bait ke dua

dalam puisi Jinrui no Izumi (人 類 泉) karya Takamura Kōtarō. Pada bait tersebut,

penyair mengungkapkan bahwa seolah-olah

jiwanya berlari kencang hingga terasa

penuh dalam dada. Air matanya pun

mengalair dengan sendirinya saat ia

memikirkan Chieko seolah-oleh

memeluknya. Ia juga mengatakan bahwa

Chiekolah belahan jiwanya yang paling bisa

menggenggam kepercayaannya dan mampu

memahami penderitaannya dari dasar yang

paling dalam. Dari uraian ungkapan

perasaan penyair pada bait ke dua tersebut,

pembaca dapat menangkap adanya

keseriusan penyair dalam mengungkapkan

perasaannya.

d)Amanat

Amanat yang terkandung dalam puisi

Jinrui no Izumi ( 人 類 泉 ) karya

Takamura Kōtarō diantaranya adalah;

1. Carilah cinta yang mampu membawa

perubahan positif dalam hidupmu.

(14)

14 dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉)

karya Takamura Kōtarō.

2. Pilihlah jalan hidupmu sendiri, karena

diri sendiri adalah penentu jalan yang

terbaik. Amanat ini di ambil dari bait ke

tiga dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō.

3. Menghargai dan menjaga yang dimiliki

saat ini itu lebih baik daripada mencari

yang terbaik.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis yang telah

dibahas pada BAB IV, maka kesimpulan

penelitian tentang Struktur Genetik Puisi

Modern Jepang Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō adalah sebagai berikut:

1. Struktur Fisik Puisi:Diksi atau pilihan

kata yang digunakan oleh penyair

diantaranya adalah; kassokudo, kyokudo, kaisui, oroka, sekai, dan izumi.

a. Bahasa Kias yang digunakan penyair

adalah metafora, perumpamaan epos,

personifikasi, dan allegori.

b. Pencitraan yang terdapat dalam puisi

Jinrui no Izumi (人 類 泉) karya Takamura Kōtarō adalah okoru seibutsu no inochi. shizen to namida ga

nagare, kaisui no ryuudou suru, ame no oto, ikiri tatsu tamashii, dan tamashii no kasokudo, hada wo hitasu. 1. Struktur Batin Puisi

a. Puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura Kōtarō ini bertemakan

tentang kekuatan cinta.

b. Perasaan yang terkandung dalam Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura

Kōtarō adalah perasaan cinta.

c. Nada yang terdapat dalam puisi Jinrui no Izumi (人類 泉) karya Takamura

Kōtarō yaitu nada semangat, nada terharu, nada bahagia, nada filosofis,

nada sindiran, dan nada serius.

d. Amanat yang dapat dipetik dalam puisi

Jinrui no Izumi (人 類 泉) karya Takamura Kōtarō antara lain; (1)

Carilah cinta yang mampu membawa

perubahan positif dalam hidupmu. (2)

Pilihlah jalan hidupmu sendiri, karena

diri sendiri adalah penentu jalan yang

terbaik. (3) Menghargai dan menjaga

yang dimiliki saat ini itu lebih baik

daripada mencari yang terbaik.

Peneliti menyadari bahwa dalam

penulisan ini masih jauh dari kata

sempurna. Namun, peneliti berharap

dengan adanya penelitian ini dapat

memberi inspirasi dan motivasi bagi

peneliti selanjutnya. Peneliti juga berharap

(15)

15 penelitian ini, dapat diperbaiki oleh

peneliti selanjutnya dan dapat diperluas

ruang lingkup penelitiannya sehingga

dapat menghasilkan penelitian yang lebih

sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 1993. Analisis Sajak Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Bandung: Angkasa.

Djojosuroto, Kinayati.2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Itou, Shinkira. 1950. Kōtarō Shishuu. Tokyo: Shinchousha.

Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT.Gramedia.

Takamura, Kotaro. 1978. Chiekosho (diterjemahkan oleh Soichi Furuta). Tokyo: Kodansha International Limited.

Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mandah, Darsimah.dkk. 1992. Pengantar Kesusastraan Jepang. Jakarta: PT Grasindo.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

(16)

16 Winandari, Arie. 2007. Gejala Scizofrenia Tokoh Chieko Dalam Chieko’s Sky (Chiekosho)

Karya Takamura Kotaro (Kajian Psikologis).Skripsi. digilibunesa.org. diakses pada 28 April 2015, 10:45.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan tidak bertumpu pada segi tekstual atau normatif Islam saja, akan tetapi juga menggunkan berbagai pendekatan keilmuan dalam kerangka bahwa Islam

Dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi statistik non parameterik yaitu Korelasi Spearman untuk mengetahui apakah

Potensi dan komposisi sapi Bali yang dapat dikeluarkan setiap tahun tanpa mengganggu populasi yang ada sebesar 13,11% setara dengan 354 ekor terdiri dari sisa replacement stock

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi mikroorganisme (kapang, bakteri asam laktat, dan khamir) pada tape ketan yang dibungkus daun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cookies mocaf yang disubstitusi dengan daun yakon terhadap perubahan kadar glukosa darah dan pengaruhnya

Objek penelitian terbatas hanya pada guru di SMA Negeri 8 Surabaya, serta dengan lingkup penelitian dari hubungan enam variabel berikut: Performance Expectancy,

Desain alat bantu yang sesuai untuk optimasi set-up time mesin punching kenkad adalah berupa lift trolley yang menggantikan fungsi forklift dan meja sliding yang

Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi.. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar,